JAMBI - Nabi Kongze menjadi saksi cinta mereka berdua. Riswandy dan Cindy adalah warga kota Jambi yang menyatakan ikrar satu hati satu cinta di hadapan Nabi Kongze di Littang MAKIN Sai Che Tiendi Jalan Koni IV, Kelurahan Talangjauh, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi. “Sesuai dengan UU No 1/1974 bahwa syarat sah pernikahan ialah dilakukan cara agama Khonghucu dan dicatatkan di pemerintah sipil, maka kalian berdua telah sah menjadi suami istri,” kata Ketua Rohaniawan MATAKIN Provinsi Jambi, The Lien Teng pernikahan sepasang suami istri baru itu, Sabtu (23/6/2018).
Pernikahan Riswndy dan Cindy memang cukup menyedot perhatian khalayak. Bukan saja lantaran resepsi mereka yang diiringi pelepasan balon di udara. Namun, perayaan dan lokasi pernikahan mereka juga terbilang cukup unik, yakni di littang atau klenteng yang selama ini jadi pusat aktivitas pernikahan umat Khonghucu.
“Klenteng (Littang) ini namanya MAKIN Sai Che Tien, karena ada altar Nabi Purba Fu Xi yang dipakai oleh penganut Konfusianisme sebagai tempat ibadah dan sekaligus untuk pernikahan ala Khonghucu,” kata Darmadi Tekun, selaku ketua Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) Sai Che Tien Jambi.
Yang tak kalah menggembirakan lagi, cinta pertama dari pasangan suami istri ini berawal dari pertemanan di media sosial facebook 6 tahun yang lalu, ujar Cindy kami bertemu di media sosial 6 tahun silam.
Menurut ketua Rohaniawan Khonghucu Jambi, The Lien Teng, yang tidak lain adalah kakek dari Cindi Clarissa The, kebebasan beragama dan kesamaan hak warga negara, khususnya warga Khonghucu di Nusantara, telah berkembang pesat. Tak hanya dalam pengakuan agama Khonghucu saja. Namun, dalam hal perkawinan, pengurusan kartu tanda penduduk (KTP), hingga pelajaran agama Khongucu pun juga mendapatkan perlakuan yang sama.
Namun sangat disayangkan bahwa saat ini jumlah Rohaniawan di Jambi yang aktif tinggal seorang, semestinya di Jambi harus memiliki 11 Rihaniawan sesuai dengan jumlah MAKIN yang ada di Jambi…!!! Ini merupakan tantangan dari MATAKIN Pusat dan MATAKIN di daerah Jambi. (Romy)
* https://www.facebook.com/makinjambi
JAMBI – Pada saat memasuki gerbang MAKIN klenteng Sai Che Tien, sayup-sayup terdengar irama suara gendrang diiringi irama suling yang begitu merdu di dengar, dan suara taoshe (Sai Kong) yang tengah membaca mantera So Bun (sejenis surat pemberitahuan) yang dibacakan oleh Sai Kong Lim Tek Chu yang sengaja di undang dari Tiongkok (China).
Suasana dalam klenteng, kilauan sinar dari pancaran lilin-lilin merah menambah keindahan klenteng yang mayolitas berwarna merah, selain itu aroma wewangian dari gaharu/ hio yang dinyalakan umat Khonghucu.
Dihalaman depan dan samping kiri kanan klenteng ratusan umat tengah menyaksikan atraksi barongsai dari perkumpulan Leng Chun Sai Jambi, turut menyemarakan acara hari ulang tahun senren “Hook Hie Te Shien” yang biasa disebut Shien Kong, selain merayakan haur sin beng, ada juga ritual Kho Kun yaitu persembahan sesajian kepada para pengawal dewa-dewa (军將).
Dari pantauan di klenteng sudah mulai dipadati oleh umat Khonghucu sejak pukul 09.00. Ada sekitar 1.000 umat Khonghucu yang hadir, tidak hanya dari Kota Jambi, juga beberapa kabupaten di Provinsi Jambi. Pagi harinya, umat menumpukkan kertas sembahyang yang kemudian dibakar bersama-sama dengan teng lau yang dibuat oleh Sai Kong Liem Tek Chu. Ritual dimulai dengan melakukan sembahyang Tien (Tuhan red) dihalaman depan pintu masuk klenteng. Sembahyang berlangsung hingga satu jam dengan melantunkan doa-doa.
Ritual lalu dilanjutkan dengan sembahyang sin beng Hook Hie Te Shien yang digelar di dalam klenteng. Ini bertujuan untuk memohon doa serta mengundang beberapa sin beng untuk datang pada acara tersebut. Setelah itu, ritual dilanjutkan dengan membakar kertas sembahyang yang telah disediakan. Setiap daerah prosesi ritualnya berbeda-beda namun tujuan tetap sama yaitu memohon pelindungan dari sang pencipta alam semesta (Tien) dan para sin beng maupun leluhur. (Romy)
Cerita mengatakan bahwa Fuxi tidak hanya pemimpin klan di timur dan kepala tiga raja bijak dan lima kaisar berbudi luhur Tiongkok pada awal peradaban manusia, tetapi juga orang bijak mahakuasa mampu berbagai macam keterampilan. Dia menciptakan Delapan Diagram dan simulasi laba-laba untuk jaring ikan menenun. Dia tidak hanya mampu membuat alat musik, tapi juga pandai memasak makanan lezat. Selain itu, ia memberikan kontribusi banyak ke pengobatan tradisional Cina dan merupakan nenek moyang dari peradaban Tiongkok 中华民族的人文始祖. Dia juga merumuskan etika dan peraturan bagi orang-orang, mengurangi pernikahan barbar dengan merampok.
Nuwa adalah pemimpin perempuan terkenal selama periode legendaris terpencil di Cina, dilengkapi dengan kemampuan kuat. Dikatakan bahwa bencana yang besar sekali terjadi di alam dan kemudian langit runtuh, bumi itu cekung, dan binatang liar kejam membunuh orang umum. Nuwa diperbaiki langit dengan batu berwarna dan membunuh binatang-binatang yang brutal. Dia juga digunakan tanah liat untuk menciptakan manusia dan masyarakat manusia dengan mensimulasikan penampilan sendiri. Hal ini juga mengatakan bahwa Nuwa menciptakan semacam alat musik yang disebut buluh pipa instrumen angin sehingga dia dihargai sebagai seorang dewi musik. Selain itu, dia menciptakan sistem perkawinan untuk memungkinkan manusia untuk memperbanyak keturunan, sehingga ia disebut dewi pernikahan.
Ada banyak legenda di Fuxi dan Nvwa, yang dicatat dalam banyak buku kuno Cina seperti Kitab Perubahan, elegi Chu, Tulisan-tulisan Pangeran Huainan dan Kitab Gunung dan Laut. Mitos-mitos semuanya telah diturunkan dan dampaknya sangat luas dan mendalam. Sampai saat ini, Miao dan Dong masyarakat di China provinsi Yunnan masih menyembah Nvwa sebagai primogenitor mereka sendiri. (Romy)
* https://www.facebook.com/makinjambi